Minggu, Januari 18, 2009

KAKA : TOTALITAS UNTUK YESUS

Kian religius sejak diselamatkan Tuhan dari kelumpuhan, Kaka mampu menjauh dari buaian hedonisme.
Sudah sejak lama kontradiksi merupakan wajah tersendiri dalam kahidupan para pebola Brasil. Di satu sisi, banyak dari mereka yang mengaku religius,namun di sisi lain, fakta kehidupan justru menunjukkan mereka terperangkap pada hedonisme. Sebuah paham yang sejatinya tidak sejalan dengan tuntutan agamanya.

Akan tetapi, kontradiksi itu tak berlaku bagi sosok Ricardo Izecson dos Santos Leite atau yang lebih populer dipanggil Kaka. Kesejatian sebagai hamba Yesus ditunjukkannya dengan sempurna. Meski terlahir di keluarga berada, harta dan kemewahan tidak lantas membutakan matanya.

Sejak awal, kedua orang tuanya menanamkan nilai-nilai agama dengan sangat baik. Kaka mengaku mulai mengenal dan dekat dengan Tuhan pada umur 12 tahun. ”Kala itulah aku mulai mengerti bahwa keyakinanlah yang menentukan sesuatu terjadi atau tidak,” ucap dia.

Adapun hal yang membuat penganut Kristen Evangelis ini kian dekat dengan Yesus adalah peristiwa pada 2000. pada Oktober tahun itu, dalam sebuah liburan, Kaka mengalami cedera yang hampir membuatnya lumpuh. Kala itu, dia melompat dari papan luncur di kolam renang secara tidak sempurna sehingga menghantam bibir kolam.

Pada awalnya, Kaka tak merasakan sesuatu yang bermasalah akibat insiden itu. Pemeriksaan awal pun menunjukkan demikian. Namun, beberapa hari kemudian, dia merasakan sakit yang mahadahsyat. Diagnosis dokter menunjukkan dirinya mendapat cedera tulang punggung yang berisiko kelumpuhan. Selama berbulan-bulan, dia harus memakai jaket khusus untuk memulihkan kondisi. Puji Tuhan dia pun terselamatkan.

”Para dokter berkata bahwa aku sungguh beruntung bisa berjalan dengan normal lagi,” ungkap Kaka. ”Mereka boleh menganggap itu sebagai keberuntungan, tapi keluargaku menilai itu adalah campur tangan Tuhan. Kami tahu bahwa tangan-Nya yang menyelamatkanku. Aku bersyukur atas hal tersebut karena Dialah yang membuatku bisa pulih seperti sediakala.”

Semakin dekat dengan Tuhan, Kaka merasa hidupnya kian bermakna. Itu sebabnya, dia tak ragu-ragu menunjukkan kaus bertuliskan ”I BELONG TO JESUS” setiap kali timnya meraih gelar juara dan menauh tulisan ”GOD IS FAITHFUL” di lidah sepatunya. Selain itu, sebagai bentuk rasa syukur, setiap kali mencetak gol, dia merayakannya dengan menunjuk ke atas sambil menengadahkan wajah ke langit.

”Ketika aku dan Tuhan menjalin hubungan anak dan Bapa, sesuatu yang supernatural terjadi pada diriku. Aku tak bisa menjelaskan hal itu dengan kata-kata. Tapi setelah itu aku makin dekat dan kian intensif berhubungan dengan Dia,” papar Kaka lagi.

Penyerahan diri itu bukan basa basi belaka. Kaka menunjukkan totalitas dalam pengabdiannya sebagai hamba Yesus Kristus. Hura-hura dan kekerasan tak masuk dalam kamus kehidupannya. Maklum saja, bacaan favoritnya adalah Injil dan musik favoritnya adalah lagu-lagu rohani.

”Aku tak akan pernah berkelahi. Di lapangan aku tak akan pernah memukul lawan atau melontarkan sumpah serapah. Aku tak mau orang berkata, ’Lihatlah, dia berkata sesuatu tapi melakukan yang kebalikannya.’ Aku ingin menjadi seorang role model,” beber Kaka. ”Aku ingin menunjukkan apa yang telah Tuhan lakukan kepadaku bisa juga terjadi pada diri orang lain.”

Lebih lanjut, pria tampan yang baru saja dianugerahi seorang anak pada Juni lalu itu berujar, ”Aku memang tak berhak menilai dan menghakimi perilaku para pebola lain. Tapi, mobil, wanita, dan segala yang berbau duniawi tak terlau penting bagiku. Keluarga, kepercayaan, dan Yesus adalah hal-hal yang lebih menentukan kehidupanku. Aku benar-benar ingin berjalan di rel yang tepat dan hidup dekat dengan Tuhan.”

Prinsip inilah yang membedakan Kaka dengan para megabintang lain. Dia bukanlah Ronaldo yang saking gembulnya hingga tak bisa mengontrol berat badan. Dia bukan Ronaldinho, si penggemar pesta. Dia pun bukan David Beckham yang tak henti membuat sensasi demi mendapat perhatian publik dan paparazzi.

Bagi Kaka, segala kemewahan dan harta tak ubahnya kue kering belaka, bukan makanan utama. Itu sebabnya, dia tak ragu mendonasikan 10 persen dari gajinya di AC Milan kepada gereja. Dalam sebuah wawancara, Kaka dengan lantang menyeru anak-anak muda untuk bergabung dengan Yesus dan mengesampingkan keduniaan.

”Kepada mereka yang belum menyerahkan hidupnya kepada Yesus, marilah mengkaji firman-firman Tuhan. Kenalilah Dia dengan baik. Berhentilah ngemil ’kue’ karena Tuhan telah menawari kita sebuah perjamuan besar,” beber Kaka yang bercita-cita menjadi pendeta begitu kariernya usai kelak.

Sungguh sebuah imbauan menyentuh yang kian mempertebal citra Kaka sebagai hamba Yesus yang sangat setia.

MENJAGA KEPERJAKAAN

Di budaya barat, berhubungan seksual dan hidup bersama di luar nikah adalah sesuatu yang lazim. Tak terkecuali bagi mereka yang berprofesi sebagai pebola. Pandangan konservatif bahwa hubungan seksual hanya boleh dilakukan setelah terjadi ikrar di altar pernikahan sudah hampir tercampakkan. Tak heran jika banyak yang baru menikah setelah hidup bersama sekian lama dan mendapat beberapa orang anak.

Bagaimana dengan Kaka? Sebuah pengakuan mengejutkan keluar dari mulut pria religius itu pada Juni 2007 silam. Kepada Vanity Fair, Kaka berkata bahwa dia dan sang istri, Caroline Celico, mampu menjaga keperjakaan dan keperawanan hingga mereka betul-betul terikat sebagai suami-istri.

Sudah bisa diterka, alasan dibalik hal tersebut adalah ajaran agama. ”Injil mengajarkan bahwa cinta sejati itu menunggu hingga pernikahan terjadi. Hidup kami yang indah saat ini adalah karena kami mampu melakukan penantian tersebut,” aku Kaka.

Lebih jauh, Kaka mengaku tidak mudah mempertahankan keperjakaan. ”Godaan bukannya tak ada. Mereka datang bertubi-tubi. Tapi kami tahu bahwa pengorbanan yang kami lakukan justru lebih berharga. Itu tak ubahnya ujian terhadap cinta kami, apakah memang benar-benar tulus atau semu belaka,” papar dia lagi.

Kaka dan Caroline berjumpa pada 2002 dan menikah pada Desember 2005. sama halnya dengan Kaka, Caroline juga berasal dari keluarga berada. Ibunya adalah perwakilan rumah mode Christian Dior di Brasil.

Hal yang menarik, meski rajin pergi ke gereja sejak pertama kali berpacaran, Kaka tak pernah memaksa Caroline untuk ikut serta. Sesuai penuturan Caroline, keinginan pergi ke gereja datang dari hatinya sendiri plus sedikit pengaruh dari ketertarikannya terhadap kerajinan Kaka beribadat di gereja.

”Kaka tak pernah menyuruhku pergi ke gereja. Namun, setelah dua bulan berpacaran, aku meminta untuk diajak ke sana karena aku merasa sangat ingin ke sana. Setelahnya, dia berkata bahwa itu adalah tanda bahwa Tuhan telah memanggil dan menyentuh hatiku,” ksah Caroline.


Sumber : Tabloid SOCCER 19/IX 15 November 2008
Thank u so much…

Tidak ada komentar: